Latest Updates

Diskriminasi Sains terhadap Perempuan

Franklin seorang ahli kimia lulusan Cambridge yang bekerja di salah satu laboratorium King's College di London. Dia sebenarnya telah lama mengeluhkan kondisi kerja di universitas bergengsi tersebut. Segregasi dan diskriminasi terhadap perempuan dialami pahit oleh Franklin. Dia harus menempati sebuah laboratorium di lantai basemen yang harus melewati lorong dingin dan gelap. Dirinya dilarang masuk ruang makan dan istirahat yang nyaman di lantai atas karena hanya diperuntukkan bagi para peneliti laki-laki. Tetapi, Franklin memilih bertahan karena di situlah satu-satunya tempat dia bisa mengaplikasikan teknik X-ray crystallography yang dikuasainya.

X-ray crystallography merupakan teknik yang digunakan Franklin untuk memetakan lokasi setiap atom dalam protein yang dikristalkan. Hal itu merupakan kontribusi penting Franklin dalam mempelajari biologi molekuler. Tetapi, harga yang harus dibayar Franklin terlalu mahal. Pada usia 38 tahun, dia meninggal dunia akibat kanker yang dideritanya karena kontaminasi radioaktif selama beberapa tahun.

Empat tahun sepeninggal Franklin, James Watson dan Francis Crick menerima hadiah Nobel dalam bidang kedokteran atas paper mereka tentang struktur DNA yang berbentuk double helix yang merupakan penemuan revolusioner dalam bidang genetika. Maurice Wilkins, koordinator riset tempat Franklin bekerja, juga menerima hadiah yang sama atas kontribusinya dalam menguji model double helix yang dikembangkan Watson dan Crick.

Walaupun Franklin disebutkan dalam paper Watson dan Crick setebal satu setengah halaman yang dimuat di majalah Nature tersebut, nama dia nyaris tak terdengar dalam sejarah penemuan struktur DNA. Padahal, Franklin merupakan orang pertama yang mendapatkan hasil empiris dari foto-foto struktur DNA yang dimungkinkan oleh teknik X-ray crystallography yang dia kembangkan selama bertahun-tahun.

Watson dan Crick merupakan dua sainstis ambisius yang dengan "licik" memanfaatkan data empiris Franklin secara diam-diam ketika mereka berusaha merekonstruksi struktur DNA. Dan, ketika dua nama tersebut menjadi selebriti dalam dunia sains, nama Franklin tersimpan dalam ’laci’ sejarah yang paling bawah dan nyaris tak tersentuh.

Franklin merupakan simbol diskriminasi perempuan dalam institusi sains modern, suatu institusi yang dibangun atas nama rasionalitas dan bebas nilai. Dia merupakan catatan sejarah, yakni bagaimana institusi sains membuka ruang bagi dominasi gender yang menjadikan perempuan sebagai objek penderita dari praktik hegemoni nilai-nilai maskulinitas.

Sulfikar Amir (Rensselaer Polytechnic Institute)

0 Response to "Diskriminasi Sains terhadap Perempuan"

Posting Komentar